Tampilkan postingan dengan label Tentara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tentara. Tampilkan semua postingan

Senat AS Jadwalkan Penarikan Tentara di Irak

Diposting oleh Cheria Holiday on Jumat, 30 Maret 2007

Senat Amerika Serikat hari Kamis meloloskan rancangan undang-undang anggaran untuk perang di Irak, yang menyeru tentara negara adidaya itu dipindahkan dari negara terkoyak perang tersebut pada April 2008.

Partai Demokrat menyetujui aturan itu dengan suara 51 berbanding 47 di majelis tinggi Kongres dengan bantuan dua anggota partai Republikan. Bush mengancam membatalkan aturan apa pun buatan kongres, yang menjadwalkan penarikan balatentara Amerika Serikat dari Irak.

Dewan Perwakilan Rakyat hari Jumat nyaris meluluskan undang-undang berisi tenggat penarikan bulan September 2008.
Bush menuduh Demokrat melakukan "sandiwara politik" dengan mencoba memaksanya bertanggungjawab atas Irak dan mencoba mengalihkan keputusan mereka untuk komandan Amerika Serikat di negara Timur Tengah itu.

Ia juga menuding Demokrat memasukkan anggaran dalam rancangan undang-undang itu untuk kegiatan di dalam negeri, yang tidak berkaitan dengan perang melawan "terorisme". Sebagian besar dari 122 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar satu biliun rupiah) anggaran dalam rancangan aturan Senat itu untuk membiayai gerakan tentara di Irak dan Afganistan.

Bush memperingatkan bahwa dana untuk pasukan Amerika Serikat mulai habis pada 15 April dan menginginkan Kongres segera menyetujui anggaran itu tanpa kerangka waktu penarikan. Sesaat sesudah pemungutan suara Senat tersebut, Bush mengulangi ancaman vetonya.

"Saya akan veto rancangan undang-undang yang membatasi gerakan komandan lapangan kita di Irak," kata Bush sesudah bertemu dengan kelompok anggota parlemen dari Republikan di Gedung Putih.

Rancangan undang-undang Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat itu akan mengakibatkan benturan terkeras dengan Bush dalam hal perang di Irak sejak Demokrat menguasai Kongres seusai pemilihan umum bulan November. Republikan pada awal pekan ini gagal mencabut kata penarikan dari rancangan undang-undang tersebut.

Senator Demokrat Robert Byrd menyatakan aturan Senat itu mewakili kehendak rakyat Amerika Serikat dan mendorong kelompok Sunni dan Syiah Irak mengatasi ketegangan politik dan aliran, yang memecah negara tersebut.

"Rakyat Amerika Serikat menginginkan tentara kita keluar, keluar, keluar dari Irak," kata Byrd, dengan menambahkan bahwa langkah itu memberikan perangsang kepada bangsa Irak untuk menyelesaikan perbedaan mereka guna mengahiri perang saudara dan mengupayakan rujuk.

Republikan berdalih bahwa penarikan tentara terlalu dini dari Irak akan membantu musuh Amerika Serikat dan mengacaukan negara itu.
"Mereka akan tiarap menunggu kita keluar dari Irak dan kemudian, pemusnahan akan bebas berlangsung," kata Senator Saxby Chambiss.
Dua Republikan, senator Chuck Hagel dan Gordon Smith, menyempal dari partai Bush dan memberi suara bersama Demokrat.
Keduanya merupakan pengecam terkeras kebijakan Irak Bush.

Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat harus lebih dulu menyelaraskan perbedaan kedua rancangan undang-undang mereka sebelum sampai ke meja Bush, yang dipastikan akan diveto.

Bush menyatakan rakyat Amerika Serikat akan menyalahkan Demokrat jika anggaran untuk tentara di lapangan dipotong.
"Jika Kongres gagal meloloskan rancangan undang-undang untuk mendanai pasukan kita di garis depan, rakyat Amerika Serikat akan tahu siapa bertanggungjawab," kata Bush hari Rabu. PKS StoryWirausaha Indonesia




More aboutSenat AS Jadwalkan Penarikan Tentara di Irak

Tentara AS "Kabur" dari Irak dan Afghanistan

Diposting oleh Cheria Holiday on Minggu, 25 Maret 2007

Guncangan mental yang dialami pasukan AS di Irak dan Afghanistan makin mencuat ke permukaan. Mereka mengalami tekanan mental dan depresi, diduga kuat karena kian maraknya aksi perlawanan pejuang Irak dan Afghanistan.

Surat kabar terbitan AS New York Times menurunkan sebuah laporan yangsecara mengejutkan menyebutkan bahwa sebanyak 3.196 pasukan AS desersi sepanjang tahun 2006 dari tugas di Irak dan Afghanistan. Jumlah ini meningkat drastis dari tahun sebelumnya.

New York Times menyebutkan bahwa jumlah pasukan AS yang desersi itu terus mengalami peningkatan sejak tahun 2000. AS hingga saat ini menugaskan tak kurang dari 500 ribu pasukan regulernya di Irak dan Afghanistan. Pada tahun 2005, sebanyak 2.543 orang tentara lari dari tugas. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, jumlah mereka yang lari terbilang sedikit.

Para tentara yang mangkir itu ada yang lari dari kesatuannya tanpa kabar berita yang jelas dan ada yang dengan terang-terangan menolak penugasan di Irak atau Afghanistan.

Meski demikian, ada pula diserter yang kemudian pulang kembali kepada kesatuannya setelah lebih dari 30 hari.

Sejumlah pengamat militer berpendapat, besarnya angka penolakan dan desersi pasukan AS di Irak dan Afghanistan itu, karena mereka makin tertekan melihat angka kematian yang begitu besar di kalangan pasukan AS dalam perang di kedua negara itu. Terlebih bagi pasukan yang mendapat tugas kedua atau ketiga kalinya di Irak dan Afghanistan.

Seorang jubir tentara AS mengatakan, pihaknya tengah melakukan sejumlah langkah untuk meningkatkan mentalitas pasukan yang kini masih berada di medan perang Irak dan Afghanistan. Ia mengatakan, sebagian besar pasukan melarikan diri karena alasan pribadi, keluarga atau masalah ekonomi.

Sebuah penelitian mutakhir di AS menyebutkan, sebagian besar tentara AS yang merupakan veteran perang Irak dan Afghanistan, mendapat perawatan medis khusus akibat tekanan mental dan depresi yang mereka alami selama bertugas.PKS StoryWirausaha Indonesia




More aboutTentara AS "Kabur" dari Irak dan Afghanistan

Tentara Amerika Semakin Gelisah

Diposting oleh Cheria Holiday on Senin, 19 Maret 2007

Tentara AS Ingin Keluar dari Irak

Baghdad (ANTARA News) - Bagi tentara AS dari Divisi Ke-9 Resimen Kavaleri yang berkendaraan di jalan-jalan berbahaya di Baghdad dengan naik Humvee setelah gelap, berita Senin bahwa penempatan mereka di Irak dapat diperpanjang mereka terima laksana hantaman palu godam di kepala mereka.

Para komandan mereka telah mengingatkan bahwa masa tugas kedua mereka selama satu tahun yang dijadwalkan berakhir Oktober dapat diperpanjang, sementara Presiden AS George W. Bush belakangan memperingatkan tentara bahwa terlalu cepat untuk "berkemas dan pulang".

Ucapan yang mereka keluarkan selama patroli malam selama empat jam mengubah suasana di dalam Humvee, yang sudah dipenuhi asap rokok, di bawah langit gelap berwarna biru.

"Kami hanya ingin keluar dari sini sesegera mungkin," kata seorang komandan kendaraan dalam salah satu komentarnya.

"Karena tentara Irak terlalu takut lah kami harus datang ke sini untuk mati," katanya kepada AFP. Ia meminta agar jatidirinya tak disebutkan.

"Sembilan-puluh lima persen orang Irak baik tapi lima persen jahat. Namun, yang 95 persen terlalu lemah untuk bangkit melawan yang lima persen," katanya.

"Bush mestinya mengirim semua tahanan dalam daftar hukuman mati ke sini, dan mereka dapat tewas dalam pertempuran melawan pelaku teror. Yang kami hadapi sudah cukup," kata seorang prajurit lain, sementara kendaraan Humvee tersebut dengan cepat melewati satu mobil di pinggir jalan guna menghindari kemungkinan mobil itu meledak.

Prajurit lain menambahkan, "Bush dapat datang ke sini dan bertempur. Ia dapat mengambil 1.000 dolar perbulan gaji saya, dan saya akan pulang."

Komandan operasi malam itu, Letnan Brian Long, mengatakan kemarahan anak buahnya dapat dimaklumi.

"Salah satu dari orang-orang tersebut memiliki lima anak, satu lagi mempunyai tiga anak. Seorang lagi memiliki anak laki yang berusia empat tahun --telah dua tahun ia tak bertemu anaknya. Ia tak pernah dapat meraih yang telah dilewatinya," kata Long.

"Seperti film `Groundhog Day`. Setiap hari sama, dan tak ada yang berubah," tambahnya. Ia merujuk kepada film tahun 1993 yang mengisahkan betapa tokoh utamanya harus menjalani hari-hari yang sama tanpa akhir.

"Berat. Setiap orang hanya ingin pulang dan berkumpul dengan keluarga mereka," kata perwira tersebut.

Bush, setelah berbicara dengan Perdana Menteri Irak Nuri Al-Maliki dan komandan tinggi militer AS di Irak, mengatakan di Washington bahwa rencana barunya untuk memulihkan ketenangan di Irak akan memerlukan waktu berbulan-bulan.

"Cukup menggoda pikiran untuk menyaksikan tantangan di Irak dan menyimpulkan pilihan terbaik kita ialah berkemas dan pulang. Itu mungkin memuaskan dalam jangka pendek, tapi saya percaya konsekuensi bagi keamanan Amerika akan menghancurkan," katanya.

Komandan pleton Resimen Kavaleri Ke-9 Kapten Christopher Dawson mengatakan ia memahami perlunya bagi tentara AS untuk tetap berada di Irak.

"Kami mulai membuat perbedaan," katanya. "Kerusuhan merosot. Kami sedang melatih tentara Irak untuk mengambil-alih tanggung jawab keamanan mereka sendiri. Kami akan membantu mereka memandang masa depan di hadapan mereka. Itu berada dalam genggaman mereka."

Tetapi situasi di jajaran yang lebih rendah memperlihatkan ketidak-puasan, terutama setelah disiarkannya jajak pendapat Senin, yang diselenggarakan oleh BBC, ABC News, ARD German TV dan USA Today, yang memperlihatkan hanya 18 persen orang yang ditanyai merasa yakin pada tentara koalisi dan AS, sementara 78 persen menentang kehadiran mereka.

"Jika tak ada orang yang mengingini kami di sini, kami sangat siap untuk pergi besok," kata komandan kendaraan bersuara lantang itu.

Salah seorang prajurit Irak yang ditemui selama patroli malam mereka --kebanyakan tentara Irak berdiam di dalam rumah segera setelah pukul 20:00-- mengatakan ia mengkhawatirkan hari pasukan AS ditarik.

"Mereka dapat tinggal selama 100 tahun jika mereka mau," kata Salam Ahmed, penjaga keamanan di pabrik sepatu di pinggir kota tersebut. "Jika mereka pergi, orang-orang jahat tentu akan datang mencari saya." (*)
Technorati icon

PKS StoryWirausaha Indonesia





More aboutTentara Amerika Semakin Gelisah

Cheria Bandung

Cheria  Bandung
Graha Internasional ( Bank of Tokyo ) Lt3 Jl. Asia Afrika No.129, Bandung 40112

Info Haji Bandung