Invasi Amerika dan Kehancuran Irak

Diposting oleh Cheria Holiday on Rabu, 21 Maret 2007

EDITORIAL
Invasi Amerika dan Kehancuran Irak, Masih Percaya dengan Rambo ?

SEJAK tiga tahun lalu setiap 20 Maret, Amerika memperingati invasi dan agresinya ke Irak. Setiap tanggal itu pula badai demonstrasi muncul di mana-mana. Itulah ekspresi warga dunia atas aksi militer di Irak yang ternyata hanya membuahkan tragedi. Tragedi kemanusiaan dan juga tragedi peradaban.

Perang yang dikobarkan Amerika sejak 20 Maret 2003 itu memang sukses menggulingkan rezim Saddam Hussein. Hanya dalam rentang waktu dua bulan, Amerika yang memiliki keunggulan militer dan sokongan para sekutunya berhasil membuat pemerintahan Saddam takluk.

Namun, empat tahun pasukan Amerika bercokol di Irak tidak membuat 'Negeri Seribu Satu Malam' itu bangkit. Janji Amerika bahwa dengan tergulingnya rezim otoriter bakal muncul pemerintahan yang demokratis dan negeri yang stabil masih jauh dari kenyataan.

Yang terjadi justru sebaliknya. Irak kini menjadi negara yang sedang menuju kehancuran dan kebangkrutan. Ada banyak pembunuhan dengan banyak alasan yang meminta banyak korban jiwa. Kematian menjadi pemandangan sehari-hari.

Pemerintahan Irak dukungan Amerika yang menampung semua kekuatan politik lokal tidak juga mampu menciptakan keamanan dan kestabilan. Tangan besi 'Negeri Paman Sam' itu ternyata hanya menimbulkan kekerasan dan kekacauan. Justru kontras dengan zaman Saddam Hussein, yang dinilai memerintah dengan tangan besi.

Sebagian warga Irak memang tidak menyukai gaya kepemimpinan Saddam, tapi lebih banyak pula yang menentang pendudukan Amerika. Pascaeksekusi Saddam menjadi bukti perlawanan terhadap negeri adidaya itu tidak pernah padam. Kaum Syiah, yang tertindas pada zaman Saddam, justru bangkit melawan negeri Bush.

Kekerasan di Irak memang bermuka banyak. Ada konflik antara kaum Sunni dan Syiah, ada benturan antarsuku, perang antargeng, dan banyak lagi bentuk-bentuk kekerasan. Tapi, satu hal yang pasti, itu semua terjadi setelah Amerika menduduki Irak. Artinya, serangan Amerikalah biang dari segala kekerasan yang kini muncul di Irak.

Akibatnya, banyak warga Irak, terutama anak-anak dan perempuan, harus mati sia-sia. Ironisnya, warga Irak tidak cuma menghadapi kekerasan, tapi juga penderitaan akibat kelaparan dan kesehatan yang buruk. Belum lagi, mereka harus hengkang dari tanah airnya dan terpisah dengan keluarganya.

Menurut Global Security, sebuah lembaga pengamat aktivitas militer, sejak perang 2003, setiap jam 18 orang tewas di Irak. Total mereka yang tewas hingga 20 Maret 2007 tercatat 658.930 orang, 3.407 orang di antaranya tentara Amerika. Sungguh tragedi kemanusiaan yang luar biasa.

Peradaban dunia pun terancam oleh hegemoni Amerika. Setelah menjadi satu-satunya negara adikuasa, Amerika kerap memamerkan budaya kekerasan dan paksaan kepada peradaban dunia. Setiap ada konflik di belahan dunia, bisa dipastikan Amerika terlibat di situ.

Dengan status satu-satunya negara adikuasa, Amerika bertindak seolah-olah sebagai bangsa pilihan yang mesti memimpin dunia. Mereka bisa menentukan apa yang boleh dan terlarang dilakukan negara lain. Amerika membolehkan Israel memiliki senjata nuklir, tapi tidak buat Iran dan Korea Utara.

Sejauh ini apa yang boleh dan terlarang di mata Amerika masih sebatas hal-hal yang berbau materi dan ekonomi-politik. Bagaimana jika itu terkait dengan keyakinan atau hal-hal abstrak lainnya?

Karena itu, kemenangan Partai Demokrat pada pemilu November lalu semestinya bisa mengubah wajah garang Amerika yang selama ini ditampilkan oleh Presiden George W Bush. Dan, gelombang demonstrasi di mana-mana itu sejatinya ditangkap oleh para pemimpin Amerika bahwa perang hanyalah penyakit yang membawa manusia ke liang kubur.

Technorati icon

PKS StoryWirausaha Indonesia




{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

Cheria Bandung

Cheria  Bandung
Graha Internasional ( Bank of Tokyo ) Lt3 Jl. Asia Afrika No.129, Bandung 40112

Info Haji Bandung