
BBC: Abbas serukan pemilu awal
Presiden Mahmoud Abbas berpidato di Ramallah
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan pemilihan umum agar dilakukan "secepatnya".
Abbas mengatakan pemilihan baru adalah satu-satunya jalan untuk mengatasi krisis saat ini.
Pidato ini disiarkan langsung di televisi Palestina setelah aksi kekerasan antara dua faksi utama Hamas dan Fatah dalam beberapa hari ini memburuk sehingga menimbulkan kekhawatiran akan pecah perang saudara.
Hamas, yang memenangkan pemilihan pada bulan Januari dan tidak mengakui Israel, langsung menolak seruan itu.
"Saya memutuskan... untuk menyerukan pemilihan presiden dan parlemen awal," kata Abbas pada akhir pidato pentingnya di Ramallah.
Abbas, yang tidak memiliki wewenang langsung untuk menyelenggarakan pemilihan, mengatakan dia telah meminta Komite Pemilihan Pusat untuk mulai melakukan persiapan secepatnya.
Dalam masa peralihan, kata Abbas, harus dibentuk pemerintah bersatu yang terdiri dari para teknokrat.
Terjadi beberapa insiden perkelahian antara kedua faksi sejak Hamas memenangkan pemilihan parlemen pada bulan Januari.
Saya memutuskan... untuk menyerukan pemilihan presiden dan parlemen awal
Presiden Mahmoud Abbas
Hamas dan Fatah, faksi pimpinan Mahmoud Abbas, tidak berhasil mencapai kata sepakat tentang pembentukan pemerintah nasional yang bersatu.
"Tanpa kesepakatan politik, keamanan akan terus terganggu," kata Abbas dalam pidatonya di Ramallah.
Dia menegaskan bahwa sebagai presiden dia berhak untuk memecat pemerintah Hamas yang menurutnya bertanggungjawab atas krisis saat ini.
Hamas menolak untuk menuruti tuntutan internasional untuk mengakui Israel dan mengutuk kekerasan, dan penolakan ini melumpuhkan Palestina yang terkena sanksi negara-negara donor Barat, kata Abbas.
Dia mengatakan telah mendesak pemerintah-pemerintah asing, setelah pemerintah Hamas diangkat, agar memberi kesempatan bagi kabinet yang baru, tetapi sanksi tetap dijatuhkan.
Kita berperang melawan pendudukan [Israel] dan jangan sampai kita terseret ke kancah perang saudara.
Khaled Meshaal, pemimpin Hamas
Sanksi ini mengurangi pendapat Palestina sebesar 51%, katanya, dan gaji para pegawai negeri sudah depalan bulan tidak dapat dibayarkan.
Abbas juga membantah ada konspirasi untuk membunuh Perdana Menteri dari Hamas, Ismail Haniyah pekan ini.
"Pilihan presiden adalah antara peluru dan pemilu. Dia akan memilih pemilu, yang merupakan satu-satunya cara untuk mencegah perang saudara," kata penasehat senior Saeb Erekat sebelum presiden berpidato.
Hamas memboikot pidato Abbas di parlemen Palestina, sebagai aksi protes atas insiden "berbahaya dan berdarah" akhir-akhir ini.
Hubungan buruk
Pada diplomat Mesir yang ditempatkan di Gaza berusaha mendamaikan kedua pihak yang berseteru.
Mereka sudah beberapa kali turun tangan untuk menenangkan keadaan yang dipicu oleh hubungan buruk antara Hamas, yang merupakan faksi terbesar di Palestina, dan Fatah.
Kami bergabung dengan gerakan ini bukan untuk menjadi menteri tetapi untuk menjadi syuhada
PM Ismail Haniya
Namun tugas para diplomat Mesir ini sekarang mungkin yang paling sulit, karena tingkat ketegangan sudah jauh lebih parah dari sebelumnya, kata wartawan kami.
Pemimpin Hamas Khaled Meshaal yang berada dalam pengasingan di Damaskus mengimbau agar semua pihak menahan diri untuk "melindungi darah rakyat Palestina" dan menjaga "persatuan Palestina".
Dalam wawancara yang disiarkan radio Hamas di kota Gaza, Meshaal mengatakan: "Kita berperang melawan pendudukan [Israel] dan jangan sampai kita terseret ke kancah perang saudara."
Pekan lalu terjadi sejumlah serangan, serangan balasan dan upaya saling tuduh.
Hamas menuduh Fatah menjadikan PM Ismail Haniya sebagai sasaran pembunuhan pada hari Kamis.
Mobil Haniya diserang oleh orang-orang bersenjata sewaktu dia menyeberang perbatasan dari Mesir ke Gaza, dan salah seorang pengawalnya tewas dalam insiden tersebut.
Seorang jurubicara Hamas menuding pejabat senior Fatah, mantan pejabat keamanan Mohammad Dahlan, berada di balik serangan itu. Tuduhan itu dibantah tegas oleh Dahlan.
Penembakan di dekat perbatasan Rafah itu memicu bentrokan lebih lanjut pada hari Jumat di Tepi Barat dan kota Gaza.
Sekitar 32 orang luka-luka sewaktu polisi Palestina yang setia kepada Fatah melawan pendukung Hamas di Ramallah, Tepi Barat.
Presiden Mahmoud Abbas berpidato di Ramallah
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan pemilihan umum agar dilakukan "secepatnya".
Abbas mengatakan pemilihan baru adalah satu-satunya jalan untuk mengatasi krisis saat ini.
Pidato ini disiarkan langsung di televisi Palestina setelah aksi kekerasan antara dua faksi utama Hamas dan Fatah dalam beberapa hari ini memburuk sehingga menimbulkan kekhawatiran akan pecah perang saudara.
Hamas, yang memenangkan pemilihan pada bulan Januari dan tidak mengakui Israel, langsung menolak seruan itu.
"Saya memutuskan... untuk menyerukan pemilihan presiden dan parlemen awal," kata Abbas pada akhir pidato pentingnya di Ramallah.
Abbas, yang tidak memiliki wewenang langsung untuk menyelenggarakan pemilihan, mengatakan dia telah meminta Komite Pemilihan Pusat untuk mulai melakukan persiapan secepatnya.
Dalam masa peralihan, kata Abbas, harus dibentuk pemerintah bersatu yang terdiri dari para teknokrat.
Terjadi beberapa insiden perkelahian antara kedua faksi sejak Hamas memenangkan pemilihan parlemen pada bulan Januari.
Saya memutuskan... untuk menyerukan pemilihan presiden dan parlemen awal
Presiden Mahmoud Abbas
Hamas dan Fatah, faksi pimpinan Mahmoud Abbas, tidak berhasil mencapai kata sepakat tentang pembentukan pemerintah nasional yang bersatu.
"Tanpa kesepakatan politik, keamanan akan terus terganggu," kata Abbas dalam pidatonya di Ramallah.
Dia menegaskan bahwa sebagai presiden dia berhak untuk memecat pemerintah Hamas yang menurutnya bertanggungjawab atas krisis saat ini.
Hamas menolak untuk menuruti tuntutan internasional untuk mengakui Israel dan mengutuk kekerasan, dan penolakan ini melumpuhkan Palestina yang terkena sanksi negara-negara donor Barat, kata Abbas.
Dia mengatakan telah mendesak pemerintah-pemerintah asing, setelah pemerintah Hamas diangkat, agar memberi kesempatan bagi kabinet yang baru, tetapi sanksi tetap dijatuhkan.
Kita berperang melawan pendudukan [Israel] dan jangan sampai kita terseret ke kancah perang saudara.
Khaled Meshaal, pemimpin Hamas
Sanksi ini mengurangi pendapat Palestina sebesar 51%, katanya, dan gaji para pegawai negeri sudah depalan bulan tidak dapat dibayarkan.
Abbas juga membantah ada konspirasi untuk membunuh Perdana Menteri dari Hamas, Ismail Haniyah pekan ini.
"Pilihan presiden adalah antara peluru dan pemilu. Dia akan memilih pemilu, yang merupakan satu-satunya cara untuk mencegah perang saudara," kata penasehat senior Saeb Erekat sebelum presiden berpidato.
Hamas memboikot pidato Abbas di parlemen Palestina, sebagai aksi protes atas insiden "berbahaya dan berdarah" akhir-akhir ini.
Hubungan buruk
Pada diplomat Mesir yang ditempatkan di Gaza berusaha mendamaikan kedua pihak yang berseteru.
Mereka sudah beberapa kali turun tangan untuk menenangkan keadaan yang dipicu oleh hubungan buruk antara Hamas, yang merupakan faksi terbesar di Palestina, dan Fatah.
Kami bergabung dengan gerakan ini bukan untuk menjadi menteri tetapi untuk menjadi syuhada
PM Ismail Haniya
Namun tugas para diplomat Mesir ini sekarang mungkin yang paling sulit, karena tingkat ketegangan sudah jauh lebih parah dari sebelumnya, kata wartawan kami.
Pemimpin Hamas Khaled Meshaal yang berada dalam pengasingan di Damaskus mengimbau agar semua pihak menahan diri untuk "melindungi darah rakyat Palestina" dan menjaga "persatuan Palestina".
Dalam wawancara yang disiarkan radio Hamas di kota Gaza, Meshaal mengatakan: "Kita berperang melawan pendudukan [Israel] dan jangan sampai kita terseret ke kancah perang saudara."
Pekan lalu terjadi sejumlah serangan, serangan balasan dan upaya saling tuduh.
Hamas menuduh Fatah menjadikan PM Ismail Haniya sebagai sasaran pembunuhan pada hari Kamis.
Mobil Haniya diserang oleh orang-orang bersenjata sewaktu dia menyeberang perbatasan dari Mesir ke Gaza, dan salah seorang pengawalnya tewas dalam insiden tersebut.
Seorang jurubicara Hamas menuding pejabat senior Fatah, mantan pejabat keamanan Mohammad Dahlan, berada di balik serangan itu. Tuduhan itu dibantah tegas oleh Dahlan.
Penembakan di dekat perbatasan Rafah itu memicu bentrokan lebih lanjut pada hari Jumat di Tepi Barat dan kota Gaza.
Sekitar 32 orang luka-luka sewaktu polisi Palestina yang setia kepada Fatah melawan pendukung Hamas di Ramallah, Tepi Barat.
www.pksplus.com
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar