Tampilkan postingan dengan label golkar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label golkar. Tampilkan semua postingan

Tiga Skenario Golkar Di Pilkada DKI

Diposting oleh Cheria Holiday on Jumat, 30 Maret 2007

POLITIK hari ini adalah sejarah masa depan. Itu kata para ahli sejarawan. Pemilihan Gubernur DKI yang sudah semakin dekat juga akan menjadi bagian dari sejarah politik bangsa ini.

Kamis (15/3) lalu, telah terjadi perubahan politik yang lumayan signifikan. Hampir seluruh partai, kecuali PKS, yang memiliki kursi di DPRD mendukung Fauzi Bowo sebagai kandidat cagub DKI menggantikan Sutiyoso. Tak hanya itu, sembilan partai gurem juga mendukung Wakil Gubernur DKI tersebut.

Peta politik Jakarta pun sudah semakin jelas dibaca. Kemungkinan, hanya dua kandidat yang akan maju, pertama, Adang Daradjatun yang sejak awal diusung PKS, kedua Fauzi Bowo yang diusung koalisi besar partai yakni, PDIP, Partai Demokrat, Golkar, PPP, PDS dan PBB.

Pertanyaan yang mungkin belum terjawab, adalah mengapa 16 partai itu bersatu dan tiba-tiba mengusung Fauzi Bowo? banyak yang menduga ini adalah kesuksesan skenario Golkar. Partai ini tampaknya sadar betul, dengan jumlah tujuh kursi di DPRD, tak mungkin bisa memenangkan pertarungan melawan PKS sebagai pemenang pada pemilu 2004 lalu di Jakarta, sendirian.

Golkar patut dibilang sukses. Pasalnya, wacana koalisi Jakarta yang sudah muncul sebelumnya, justru partai berlambang pohon beringin ini tidak pernah terlibat. Yang terlibat adalah PDIP, PDS, PPP, PAN dan PKB. Saat itu Golkar tampaknya masih wait and see bahkan terkesan cuek dengan koalisi Jakarta. Namun, ketika deklarasi kemarin, justru para petinggi Golkar paling lengkap dibanding partai lain. Sikap cuek Golkar di awal ini mungkin juga sebagai skenario awal, ‘menjual Fauzi’ kepada partai lain, sehingga partai ini tidak terkesan memaksakan calonnya.

Nah, ketika sudah ada partai yang mengusung Fauzi, yakni PPP dan PDS barulah Golkar mengumumkan dukungannya dan mulai bergerilya menggalang koalisi lebih besar. Bidikannya, dua partai besar di DKI, yakni partai Demokrat dan PDIP. Awalnya, orang menerka, mustahil menyatukan PDIP dan Demorkat di Pilkada DKI. Karena semua tahu, PDIP mengambil sikap opisisi kepada SBY. Namun semuanya berbalik. PDIP dan Demokrat dalam waktu bersamaan menyatakan mendukung Fauzi Bowo. Hingga memunculkan spekulasi, SBY dan Mega telah ‘rujuk’.

Sejak resmi mengusung Foke, Golkar dan kawan-kawan pun mulai menggelindingkan skenario kedua, yakni wacana perlunya empat wakil gubernur DKI masuk dalam revisi UU 34 tahun 1999 tentang Ibukota Negara yang tengah dibahas di DPR. Wacana ini bisa jadi, sebagai daya tarik untuk menggaet partai lain agar mau bergabung dalam koalisi besar. Dengan empat kursi wagub ini, tentu partai-partai bisa menempatkan kader atau ’orang-orangnya’ mendampingi Foke.

Namun, skenario ini harus didukung oleh konstalasi di DPR, di mana semua partai besar bisa bersatu untuk menggolkan wacana empat wagub tersebut dalam revisi UU 34 tahun 1999. Tetapi, dengan dukungan 16 partai, hal itu bukanlah sesuatu yang mustahil, apalagi Demokrat dan PDIP juga masuk dalam koalisi.

Dengan modal 16 partai, mungkin skenario ketiga untuk memenangkan Pilkada DKI juga sudah bisa dibaca. Yakni mengeroyok Adang Daradjatun dengan modal semua mesin partai tersebut melawan mesin PKS. Skenario ‘adu mesin’ dan’‘isu’ yang akan dilemparkan ke publik. Ini tampaknya yang akan kita lihat ke depan. Di sinilah mesin partai akan diuji, apakah masih tokcer, atau malah, meminjam istilah Tukul, ‘kutu kupret.’

Tebar isu tampaknya juga sudah mulai ditabuh. Meski kedengarannya basi, Koalisi besar bersatu mengusung Foke, karena alasan melawan musuh ideologis dan sektarianisme di Jakarta. ideologi atau demi kursi?
rakyatmerdeka

PKS StoryWirausaha Indonesia




More aboutTiga Skenario Golkar Di Pilkada DKI

Golkar : Interpelasi Jalan Terus

Diposting oleh Cheria Holiday on Kamis, 29 Maret 2007

Penggunaan hak interpelasi atas dukungan pemerintah terhadap Resolusi 1747 DK PBB bisa bergulir kepada proses pemakzulan impeachment terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal itu akan terjadi bila Presiden tidak bisa menjelaskan dengan baik alasan-alasan mendasar soal dukungan terhadap Resolusi 1747.
Demikian diungkapkan anggota Komisi I dari Fraksi Partai Golkar Yorris Raweyai dalam rapat kerja Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda di Gedung MPR/DPR Senayan Jakarta, Kamis (29/3) malam.
Menurut Yorris, tidak ada lagi cara-cara lama yang akan terjadi ketika Presiden terancam interpelasi maka semua pimpinan Fraksi dan partai dipanggil.
"Interpelasi akan berjalan terus karena penjelasan Pak Menteri terlalu normatif. Presiden harus jelaskan kepada DPR dalam sidang paripurna, dan bila tidak memuaskan bisa berlanjut kepada proses impeachment," kata Yorris sambil meminta komitmen anggota Komisi I untuk terus mempertahankan interpelasi Resolusi 1747.
Sedangkan Andreas Pareira (FPDIP) menyatakan, forum Komisi I setelah mendengarkan penjelasan Hassan harus tetap memberikan rekomendasi kepada Sidang Paripurna DPR bahwa interpelasi Resolusi 1747 harus terus berjalan.
"Penjelasan Presiden akan membuka black box dari misteri dukungan Indonesia atas Resolusi 1747," cetus Andreas.
Dedy Djamaluddin Malik (FPAN) dalam pandangannya menyatakan, dukungan pemerintah terhadap Resolusi 1747 membuat Hassan harus masuk dalam daftar panjang resuffle yang harus dilakukan oleh Presiden.
"Iran akan menjadi Irak kedua. Apakah Indonesia akan bertanggungjawab dengan genosida yang akan terjadi. Komisi I harus terus rekomendasikan interpelasi terus berjalan," ungkap Dedy. miol

PKS StoryWirausaha Indonesia




More aboutGolkar : Interpelasi Jalan Terus

Kalla Bagi-bagi Tips Menangkan Pilkada DKI

Diposting oleh Cheria Holiday on Selasa, 27 Maret 2007

Pasangan SBY-JK berhasil menang dalam Pilpres 2004. Wakil Presiden Jusuf Kalla pun memberikan tips khusus untuk calon kontestan Pilkada DKI Jakarta 2007 agar dipilih rakyat.

Menurut pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar ini, untuk memenangkan Pilkada DKI, pasangan cagub dan cawagub sebaiknya berasal dari latar belakang karir atau etnis yang berbeda.

"Seperti saya dan Pak SBY, justru karena kita sangat berbeda makanya jadi menang (Pilpres 2004)," kata Kalla di Lanud Halim Perdanakusuma, Selasa (27/3/2007) sebelum terbang ke Riyadh, Arab Saudi, untuk menghadiri KTT III Arab.

Kalla mengatakan, sebenarnya pilihan terhadap calon wakil gubernur lebih berdasarkan rasa kecocokan dari calon gubernur bersangkutan. Kecocokan visi dan misi antar keduanya dalam mengelola ibukota negara harus tetap ada.

"Tapi biar ada sinergi, kadang harus berbeda latar belakangnya. Kalau cagubnya sipil, cawagub boleh militer," ujarnya.

Ditemui ditempat yang sama, Wakil Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo juga menjadi bakal calon cagub menyatakan sependapat dengan pandangan Kalla. Baginya, yang penting adalah dukungan cawagub bukan latar belakang karir cawagub.

Namun saat ditanya apakah Fauzi akan memilih cawagub dari militer, pria yang akrab disapa Foke ini memilih tidak berkomentar.

"Yang penting efektif," tukasnya seraya menutup pintu mobil.

Detik
PKS StoryWirausaha Indonesia




More aboutKalla Bagi-bagi Tips Menangkan Pilkada DKI

Cheria Bandung

Cheria  Bandung
Graha Internasional ( Bank of Tokyo ) Lt3 Jl. Asia Afrika No.129, Bandung 40112

Info Haji Bandung