Ini bukan tulisan kali pertama saya tentang PKS. Merasa perlu untuk menulis kembali oleh karena; pertama, didasari pada pemikiran bahwa sangat lah penting membawa masalah politik yang cenderung dianggap praktis, ke arena yang lebih dinamis yakni wacana diskursif. Semua orang boleh beropini, menunjukkan persetujuan atau bahkan keberatannya hanya dengan jalan menulis. Hingga budaya debat kusir digiring keluar arena karena menjadi kebiasaan si Pandir yang membahayakan. Kedua, dirundung suasana kesedihan politik selepas membaca Detik.com tentang kekalahan Adang Darajatun – Dani Anwar (Calon Gunernur DKI Jakarta dari PKS) oleh Fauzi Bowo-Prijanto (Koalisi lebih kurang 19 Partai). Saya kontan mengirim pesan singkat (SMS) kepada salah seorang teman PKS Jakarta, dia bilang; “jangan lihat kalahnya dong, tapi kita maknai pesannya, kita menang, suara kita melonjak hampir 100%. Mirip peristiwa Pilgub Banten”, katanya. Lalu jawaban SMS beliau saya balas dengan ‘iya memang kita menang, Cuma nggak jadi gubenur aja’. hahahaha
Dua hal penting yang dapat saya catat; benarkah PKS menargetkan Pilgub sebagai exercise untuk 2009, jika memang benar apakah perolehan suara PKS dalam Pilkada (Banten-Jakarta) pun linear dengan Pemilu 2009 nanti? Lalu hampir mayoritas Pilkada baik gubernur yang dimenangkan oleh PKS maupun PKS didera kekalahan melibatkan persaingan sengit antara PKS atau koalisi kecil PKS melawan Golkar, PDIP atau koalisi keduanya. Apakah ini bisa di potret sebagai miniatur pergulatan Pilpres atau minimal Pemilu 2009 yang akan datang. Saya kira ini menarik.
Jika PKS memang menjadikan Pilkada sebagai latihan tentunya PKS kini tengah bersiap dengan jurus ampuh, hasil penemuan dalam leason learnt serentetan Pilkada. Dan logika berbanding lurusnya PKS 2009 berpotensi untuk menjadi partai besar, setidaknya kedua setelah Golkar. Atau bahkan membuat Golkar harus berada pada posisi setelahnya. Ini bisa jadi mungkin, bisa juga tidak mungkin. Politik kini mirip sepak bola.
Seminggu saya di Singapura di undang makan malam di kementerian pertahanan, komentar pertama yang terlontar dari Mr Teo Chee Hean (Minister for Defence of Singapore) adalah: “PKS memang terlalu cepat besar”. Lalu minggu kedua saya menghadiri Asia Pacific Programe For Military Officers (APPSMO) Singapura menjadi tuan rumah saat itu, seorang participant dari Myanmar juga bilang “ Di Jakarta PKS cukup berani, melawan koalisi partai besar, PKS memang Partai masa depan”. Dan banyak lagi yang membuat saya berfikir bahwa PKS harus memiliki energy besar untuk mewujudkan pandangan banyak orang tentangnya. Karena banyak juga Thesis para senior yang mencermati PKS, dan mendudukkan PKS sebagai Partai yang punya peluang di Indonesia.
Setidaknya Golkar dan PDIP telah membaca signal ini, buktinya pada beberapa bulan lalu mereka membangun komunikasi di Medan. Pertemuan itu memang misterius. Karena hampir mustahil jika pertemuan itu adalah bentuk upaya koalisi mereka pada pemilu 2009 nanti. Sebaliknya saya justeru curiga itu adalah manifest dari upaya janjian politic untuk berlaga di 2009 nanti. Karena harus disadari saat ini panggung Pilpres tak lagi milik mereka saja. Tapi memungkinkan partai-patai lain pun bisa ikut serta dipanggung itu.
At least ada satu alasan mengapa ada pertemuan medan. Sepertinya berembuk untuk membuat aturan yang merumitkan persyaatan pencalonan presiden pada angka yang tak terjangkau. Sehingga harus ada koalisi banyak partai, baru bisa mencalonkan diri. Dan yang berpeluang mereka hitung hanya PDIP dan Golkar. Dan partai lain hanya akan diberi kesempatan memilih koalisi apakah dengan Golkar atau PDIP. Kita lihat saja statement dua partai ini di senayan baru-baru ini.
Sebab jika situasinya seperti Pilkada sekarang, PKS berpeluang mencalonkan diri atau berkoalisi dengan partai lain maka mereka harus menelan pil pahit koalisi, walaupun itu mustahil sebelumnya untuk mereka lakukan. Jika tidak maka mereka akan dipastikan kalah. Seperti merancang panggung untuk mereka berdua.
Mengapa PKS dihitung
Tidak sulit menemukan alasannya. Karena partai ini cukup solid, teruji dengan mobilitas yang dinamis. Memiliki kemampuan menjalankan rangkaian mesin politik dengan optimal. Meskipun dengan bahan bakar yang minimalis. Kalau orang biasa pakai premium, PKS setidaknya tetap bisa berjalan dengan Bio diesel. Energy yang mereka ciptakan sendiri. Pada 2009 PKS berpotensi untuk mengusung calon pada Pilpres 2009. Kenapa tidak, mereka cukup berlatih dalam Pilkada, tinggal menjalin komunikasi dengan tokoh bangsa ini yang populer, saya rasa setara dengan kekuatan yang lainnya. Coba kita perhatikan dalam setiap Pilkada untuk mengalahkan PKS harus ada koalisi Golkar – PDIP, jika berpecah ceritanya menjadi lain. Padahal mungkin saja 2009 PKS menggandeng partai-partai seusianya atau partai baru yang mungkin muncul dan juga agak besar.
Apa Arti Koalisi bagi PDIP dan Golkar?
Seolah asal jangan PKS, prinsip itu yang pada akhirnya mengkondisikan peta perpolitikan bangsa ini berubah drastis. Cerita perhelatan Golkar-PDIP kini berganti menjadi Golkar-PDIP vs PKS. Situasi yang mendongkrang panggung PKS setingkat lebih terhormat. Kehadiran partai ini seolah bisa menyatukan Minyak dan air. Persoalannya apa yang akan terjadi pada pemilu 2009 jika koalisi didaerah-daerah terus digalang PDIP- Golkar, partai ini akan semakin terlihat pragmatis. Seolah kekuasaan menjadi energi satu-satunya. Anggapan bahwa Golkar tak akan nyaman tanpa kekuasaan seperti mendapat pembenaran. Lihat saja saat Jusuf Kalla akan dikeluarkan dari Golkar, tetapi saat menang pada Pilpres karirnya bisa menjadi gemilang, menjadi Ketua DPP, aneh bukan? Cerita bahwa setiap partai mengusung ideologi kini terbantah sudah. Semua ideologi akhirya sama, “kekuasaan”.
PKS dan Contra Isu
PKS fenomenal dengan jati diri kaum muda masjid kampus, tak pernah ada yang menyangka ini bisa menjadi rahim lahirnya partai sebesar PKS. Sehingga kelahiran partai yang dikenal religius ini meruntuhkan teori bahwa partai Islam tidak laku lagi. Nyatanya kini ada PKS. Maka cara yang dianggap efektif untuk mengkerdilkannya adalah menghubung-hubungkan PKS dengan Isu agama dan fundamentalisme (anti pluralism – dan pemrakarsa perda islami). Isu ini awalnya manjur, tetapi saat PKS mampu mengejawantahkan nilai nialai universalitas Islam maka tak ada cara pintas yang dapat dilakukan kecuali mengeroyok.
Mendemarketisasi PKS sebagai partai bersih dan peduli, ini juga upaya yang telah dilakukan. Dalam sebuah diskusi di salah satu harian di Banten seorang politisi kita bilang “saya dipeloroti oleh partai dakwah”, akan tetapi setelah saya cek pernyataan tersebut sangat tidak benar. Tapi entah berapa kali dan diberapa banyak forum politisi ini mendemarketisasi PKS. Jurus itu setidaknya manjur, karena benteng moral PKS makin digerogoti. Namun bisa menjadi sia-sia apabila Politisi PKS mampu membuktikan Kebersihan dan kepeduliannya, tanpa pura-pura atau bias politik. Bahasa qur’annya Ikhlas. Jika tidak, maka habislah …
Banyak partai kini membuat simpul pengajian keislaman serupa PKS yang lebih Nasionalis, kita bisa lihat hal itu begitu marak dilakukan dan digalang oleh partai-partai lain. Tak ada pretensi untuk menyebutkan satu persatu. Lalu saya berkonsultasi dengan dewan syari’ah, saya menjadi malu saat beliau menjawab; “jangan jadikan munculnya pengajian Islam dipartai lain sebagai saingan”. Bahkan kata beliau kalau semua politisi sudah seperti yang kita harapkan, kita (baca: PKS) tak perlu ada. Artinya biarlah kita percayakan bangsa ini pada mereka. Karena kita juga partai manusia (berpotensi untuk melakukan kesalahan). Sungguh dibuat malu, karena hampir saja saya memasukkan aroma politik murni kedalam jati diri saya, dengan melupakan bahwasanya tugas kita adalah menyemai kebaikan dan melakukannya, Itu saja. Kekuasaan adalah alat, bukanlah tujuan, wah…saya hampir saja lupa. Semoga kawan-kawan saya juga tidak lupa.
(Sekretaris umum DPW Gema Keadilan Banten)
Pos Graduate Student, Strategic Studies RSIS Nanyang Techological University (NTU) Singapore
Home »Unlabelled » PKS vs politik 'kroyokan'
Cheria Bandung
Graha Internasional ( Bank of Tokyo ) Lt3 Jl. Asia Afrika No.129, Bandung 40112

{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar