Meski tak eksplisit, ada tangan-tangan kekuasaan yang bermain dibalik pendepakkan Wimar Witoelar dari acara "Gubernur Kita" yang tayang tiap Kamis malam di Jakarta TV. Dari keterangan yang disampaikan Jak TV kepada Wimar, pemecatan itu merupakan tindak lanjut dari keberatan yang dilayangkan orang-orang dekatnya Fauzi Bowo menyusul komentar pengelola situs perspektif online ini mengenai kampanye terselubung Fauzi Bowo yang ditengarai mempergunakan dana APBD.
"Kali ini sih bukan Fauzi langsung, katanya orang-orang dekatnya Fauzi,' ujar Wimar kepada berpolitik.com. Sebelumnya, Wimar juga pernah nyaris digusur dari acara yang sama lantaran sejumlah komentarnya telah membuat gusar Sutiyoso, Gubernur Jakarta. Meski tak digusur dari Gubernur Kita, Wimar terpaksa merelakan acara yang dipandunya secara pribadi, Wimar's World dihentikan produksinya.
"Keberadaan kami sangat tergantung kepada Sutiyoso," begitu pembelaan yang kemukakan jajaran Jak TV kepada Wimar mengenai sikap mereka yang terkesan mengikuti saja kemauan para petinggi di Jakarta ini.
Tindakan Sutiyoso ataupun orang-orang dekatnya Fauzi Bowo dinilai sebagai bentuk intervensi kekuasaan. "Ini sungguh disesalkan," ujar anggota Komisi Penyiaran Indonesia, Bimo Nugroho Sukandatmo prihatin. Menurut Bimo, tidak seharusnya Jak TV takut terhadap Sutiyoso. Pasalnya, Gubernur tidak memiliki kewenangan untuk mencabut penggunaan frekuensi siaran yang dipergunakan Jak TV. Sebab, itu merupakan kewenangan KPI.
Dalam pandangan Bimo, Jak TV sebenarnya bisa memfasilitasi terjadinya debat terbuka antara pihak Fauzi dengan Wimar untuk mengklarifikasikan berbagai pandangan dan pernyataan "Kalau perlu di acara yang sama, di Gubernur Kita itu," ucapnya ketika dihubungi berpolitik.com via telepon.
Citra Fauzi Makin Buruk
Di hubungi terpisah, analis ekonomi Faisal Basri berpendapat langkah pemecatan terhadap Wimar sebenarnya justru makin merugikan citra Fauzi Bowo sendiri. Menurut Faisal, tak soal apakah yang melakukan itu orang-orang dekatnya atau memang atas kehendak dirinya sendiri. Selama Fauzi membiarkan atau tak membantahnya, berarti dia bisa dianggap menyetujuinya.
Jadi,"Jangan salahkan orang lain jika ada anggapan, 'baru jadi calon saja sudah begitu, bagaimana jika sudah benar-benar jadi Gubernur," ujarnya prihatin.
Menurut Faisal, semestinya Fauzi datang saja ke acara Gubernur Kita dan mengklarifikasi apa yang dipertanyakan oleh Wimar dan bukannya justru 'meminta' Jak TV menggusur Wimar dari acara itu. Dengan melakukan itu, persepsi publik terhadap Fauzi akan semakin minor. "Ia bakal dianggap tak demokratis," ucap Faisal Basri yang tengah berada di Balikpapan saat dihubungi oleh berpolitik.com.
Menurut penilaian Faisal yang juga pernah tampil beberapa kali dalam acara Gubernur Kita, pertanyaan dan lontaran yang disampaikan Wimar sebenarnya bukan sesuatu yang mengada-ada atau punya maksud terselubung. Wimar, kata Faisal, hanya memformulasikan kembali apa yang menjadi pertanyaan masyarakat secara jelas dan tanpa tedeng aling-aling.
"Setahu saya, Fauzi kan disokong tim yang kuat dan berkualitas. Jadi, sebenarnya mereka sudah bisa menerka pertanyaan seperti apa yang bakal dilontarkan Wimar. Berdasarkan itu, mereka bisa melatihnya pada Fauzi agar bisa memberikan jawaban yang tepat. Saya heran, mengapa (Fauzi) mesti takut," ujarnya lagi.
Yang membuat dirinya kian prihatin, penggusuran terhadap Wimar dengan sendirinya turut mengubur acara yang sebenarnya bermanfaat bagi pendidikan politik para pemilih di Jakarta. Kredibilitas acara ini, kata dia, pasti tercoreng dengan adanya kasus pemecatan tersebut. Di tilik dari sudut pandang sebagai kandidat, Faisal mengaku acara itu sebenarnya juga amat membantu.
"Sebagai kandidat, kita mendapat keleluasaan untuk menampilkan gagasan-gagasan kita secara gratis. Kalau untuk membeli jam siaran kan mahal. lagi pula, dengan citra sebagai acara yang independen dan tak memihak, pemirsa lebih terdorong untuk menonton. Yang tak kalah penting, pemirsa juga lebih tidak resisten terhadap informasi yang diterimanya ketimbang jika itu diperolehnya dari sebuah acara yang kadung dinilai pemirsa sebagai acara bayaran," tandasnya
Komentar Terkini:

 
 
 
 
 
 
 
{ 1 komentar... read them below or add one }
Baru jadi calon saja sudah begitu, bagaimana jika sudah benar-benar jadi Gubernur...cape dech !
Posting Komentar