Cawagub NAD Asal PKS, Nasir Djamil
Terbitkan Buku “Merangkai Tanggung Jawab Dalam Kata”
----------------
Buku “Seri Pertanggungjawaban Konstituen M. Nasir Djamil” berisikan informasi sebaik dan sebanyak mungkin tentang peran dan kiprah M. Nasir Djamil dalam perjalanan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat
RESENSI “MERANGKAI TANGGUNG JAWAB DALAM KATA”
Munculnya tradisi pertanggungjawaban publik menjadi sebuah keharusan dalam berbagai hal. Keterbukaan ini telah menjadi kelazhiman saat ini. Inilah yang menjadi inspirasi terbitnya buku “Seri Pertanggungjawban Konstituen M. Nasir Djamil” dalam upaya memberikan informasi sebaik dan sebanyak mungkin tentang peran dan kiprah M. Nasir Djamil dalam perjalanan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) mewakili daerah pemilihan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Setidaknya ada dua hal yang melatarbelakangi diterbitkannya buku ini. pertama pejabat publik akan serius dan concern terhadap tanggung jawab yang diamanatkan kepadanya karena ia harus mempersiapkan secara berkala laporan pertanggungjawaban berupa buku yang akan dibagikan kepada konstituennya. Kedua dengan buku semacam ini, publik dapat mengakses kinerja wakil mereka secara relatif lengkap dan sistematis, sehingga mereka mempunyai pemahaman yang memadai untuk mengevaluasi wakil mereka. Publik juga mendapatkan informasi dan pemahaman tentang permasalahan yang menyangkut hajat hidup mereka.
Kehadiran buku ini tentu saja akan menjadi khasanah bagi perkembangan tradisi keterbukaan di Aceh. Nasir Djamil mampu merekamnya dalam kumpulan tulisan dan pemikiran. Buku ini terdiri atas empat bab terdiri atas liputan media, wawancara, opini dan pemikiran serta sekilas profil Nasir Djamil. Walaupun kebanyakan dari isi buku ini didominasi berbagai liputan media dari perjalanan politik dan karir Nasir Djamil (hal 21 – 117), menunjukkan adanya upaya sistematik dari Nasir untuk mendokumentasikan setiap kiprah yang dilakukannya, sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban terhadap konstituen yang telah memilihnya.
Ada hal yang menarik pada bab 2 yang menggambarkan secara jelas pemikiran dan ketegangan yang dihadapi Nasir dalam menyikapi persoalan politik setahun terakhir. Aceh menagih janji pemerintah pusat (hal 140-146) Nasir menyebutkan bahwa pemerintah dalam melihat konflik di Aceh harus lebih menitikberatkan kepada apa yang dirasakan dan dialami oleh rakyat, yang sebenarnya sudah jemu dengan konflik yang selama ini terjadi.
Lalu ketegangan-ketegangan pemikiran Nasir dalam menyikapi persoalan Aceh sebagai sebuah proses kematangan diri tergambar pada tulisan yang berjudul “Judi dan Cambuk di Aceh” (hal 157-161) bahwa hukuman cambuk yang dijalankan haruslah memenuhi kesadaran hukum rakyat dan harus dapat memberikan keadilan yang lebih baik bagi ummat. Tak heran jika Otto Syamsuddin Ishak dalam komentarnya bahwa banyak hal lain yang berkecamuk di dalam diri Nasir, Nasir mengalami ketegangan antara tarikan keacehan dan teologinya dalam berpolitik (hal 4).
Opini yang ditulis Nasir pun tergambar secara jelas bentuk perjuangan keinginannya sebagai representatif dari wakil rakyat Aceh. Dimulai dari judulnya yang mencoba menyikapi secara langsung persoalan yang ada seperti “Pilkada: Proyek para Penguasa”, “Perlindungan atas Tanah”, “Pasca Helsinki, Jangan Seperti Keledai”, “Percaloan di DPR telah Akut”, “Tragisnya Industri Vital di Aceh”, “BRR= Baru Rencana-Rencana”, “Mari Kita Berterus Terang”, “Generasi Terbuka Pembaharuan Aceh, Masa Depan, Perspektif Masyarakat Terbuka”, “Rekonstruksi Pasca Tsunami: Partisipasi Masyarakat Sipil Aceh”.
Jika dicermati secara keseluruhan, buku ini hadir dalam format yang agak “unik”. Menjadi “unik” karena contentnya lebih menampilkan potongan-potongan pemikiran yang dirangkum dari beberapa sumber. Atau tanpa mengurangi makna buku ini nyaris seperti “kliping” koran. Tapi itulah Nasir berbuat saat mungkin sedikit sekali politisi merasa perlu untuk mendokumentasikan kegiatan mereka atau bisa jadi anggota dewan lain tidak atau belum mampu berbuat sebagaimana yang dilakukan oleh Nasir.
Namun memang background yang sempat digeluti oleh Nasir menjadikannya berfikir untuk memulai dengan menulis opini dan dokumentasi sepak terjangnya dalam membela kepentingan rakyat.
Buku ini sangat layak dijadikan sebagai bahan rujukan atas berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat terkait perilaku wakil mereka. Jika tidak berlebihan buku ini menjadi “cahaya” di tengah carut marut kegelapan perjalanan politik Aceh. Tak heran jika Menteri Komunikasi dan Informatika, Kabinet Indonesia Bersatu Sofyan A Djalil mendorong Nasir untuk menjadi pioner citra wakil rakyat yang akuntabel. Buku ini tentu saja akan sangat berharga bagi komunikasi Nasir dengan masyarakat. Dan sudah selayaknya wakil rakyat yang lain mengikuti jejak Nasir. Bravo buat Nasir semoga sukses. (Alfi Rahman)
Sumber:PK-Sejahtera Online
19:56 29/11/2006
----------------
Cheria Bandung
Graha Internasional ( Bank of Tokyo ) Lt3 Jl. Asia Afrika No.129, Bandung 40112

{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar