Modus Baru Tilep Uang di ATM
oleh: Melinda N. Wiria
Saya baru nonton acara Buser di SCTV. Di acara tersebut ditayangkan info mengenai modus operandi baru pelaku kejahatan yang mengambil uang para nasabah bank melalui ATM dengan alat bantu permen karet.
Berdasarkan pengakuan pelaku yg sampai saat ini belum pernah tertangkap, mereka melakukan aksinya di ATM yang berada di pusat keramaian seperti di mal. Komplotan pelaku berjumlah 3 atau empat orang.
Sewaktu menjalankan aksinya, mereka ikut mengantre seolah ingin menggunakan jasa ATM. Begitu dapat giliran, pelaku pertama masuk dan menyelipkan permen karet ke tempat keluarnya uang. Setelah itu, pelaku keluar.
Anggota komplotan yang masih mengantre segera mempersilakan calon korban yang biasanya dipilih orang yang tampak terburu-buru menggunakan ATM lebih dahulu. Korban yang tak tahu apa-apa biasanya segera masuk ATM dan bertransaksi, misalnya mengambil uang. Namun, karena sudah disumpal permen, uang tak dapat keluar. Korban tak tahu mengapa uang tak bisa keluar.
Pada saat itulah, anggota komplotan yang berada di antrean masuk dan menyarankan korban melapor ke bank. Saat korban keluar itulah, pelaku mengambil uang. Menurut pelaku, sekalipun ada kamera CCTV, kejahatan yg mereka lakukan tidak tampak karena mereka hanya menggunakan permen karet dan lidi yang menutupi tubuh dari pantauan kamera. Dengan cara itu, para pelaku mengaku dapat mengumpulkan uang hingga Rp 5 juta per hari.
Saya jadi berpikir, mungkin ini penyebab keluhan nasabah bank yang sering melapor sudah bertransaksi menarik uang tunai, tetapi uangnya ternyata tak keluar. Padahal saldo sudah berkurang dan pihak bank menyatakan bahwa transaksi berhasil dan sah dari penelusuran data komputer.
Wah, kalau begitu berhati-hatilah bila menarik uang di ATM.
{ 1 komentar... read them below or add one }
Ini Tentang Kejadian Terbaru
Komplotan Penipu di ATM Beraksi, Rp 53 Juta Melayang
Chazizah Gusnita - detikcom
Jakarta - Aksi penipuan di ATM dengan modus baru dialami seorang staf Depkes Pranti Sri Mulyani. 4 Pelaku saling bekerjasama memperdayai. Uang sebesar Rp 53 juta pun melayang.
Dituturkan Pranti, kejadian itu bermula ketika dia akan menarik uang di ATM Mandiri yang berlokasi di pusat perbelanjaan Makro, Pasar Rebo, Jakarta Timur pada Minggu, 11 Maret lalu.
"Ketika itu ATM susah dimasukkan," ujar Pranti ketika melaporkan penipuan yang dialaminya ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (20/3/2007).
Kemudian, tanpa diminta bantuan, sesorang yang mengantri di belakangnya masuk. "Orang itu memasukkan secara paksa kartu ATM saya," imbuh Pranti.
Akhirnya karena ATM memang rusak kartu ATM Pranti tidak bisa dikeluarkan. Pranti pun panik. Disaat panik itu, datanglah anggota komplotan yang kedua. Dengan menawarkan bantuan agar dirinya segera menghubungi call center Bank Mandiri di nomor 14000.
"Waktu itu saya diminta memakai HP miliknya saja," kata Pranti.
Tanpa curiga, dia memakai telepon seluler tersebut dan meminta kartu ATM-nya diblokir. Namun anehnya Pranti diminta untuk menyebutkan nomor PIN (personal identification number) ATM-nya berikut data-data pribadi lainnya.
Ketika menyebutkan nomor PIN itu, pelaku keempat beraksi. Nomor PIN Pranti diingat. "Saya sampai diminta 3 kali untuk menyebutkan nomor PIN," kata Pranti.
Keesokan harinya, Pranti mengurus kartu ATM-nya yang diblokir di Bank Mandiri cabang Cijantung. Pranti sadar setelah kartu ATM-nya selesai pada Jumat, 16 Maret.
Dia cetak rekeningnya, jumlah tabungannya telah berkurang sebesar Rp 53 juta. Uang itu dtransfer ke 8 rekening pada tanggal 11-13 Maret.
"Padahal selama tanggal itu kartu ATM saya diblokir dan saya tidak melakukan transaksi apa-apa," keluh Pranti.
Hal ini, lanjut Pranti sudah dilaporkan ke Bank Mandiri, namun hingga kini belum ada penyelesaian. Akhirnya Pranti memilih melaporkan kejadian ini ke Polda Metro Jaya
Posting Komentar