Spiritual Siswa Harus Diasah

Diposting oleh Unknown on Minggu, 26 November 2006

Intelektual Hanya Berperan 6%, Spiritual Siswa Harus Diasah
--------------
Jakarta - Seorang guru seharusnya tak cuma mengasah kecerdasan intelektual saja. Tapi mereka juga harus mampu mengasah kecerdasan emosional dan spiritual para anak didiknya.
Pernyataan itu diungkapkan oleh Ary Ginanjar Agustian, pakar Peningkatan Kecerdasan Emosional dan Spiritual (ESQ) dalam rangka Hari Guru 25 November dalam siaran persnya yang diterima detikcom, di Jakarta, Minggu (26/11/2006).
Selama ini, lanjut dia, para guru hanya berkutat dengan cara meningkatkan kecerdasan intelektual saja, urutan rangking dan nilai rapor tinggi yang menjadi tolok ukur utama. Padahal berbagai penelitian di dunia membuktikan bahwa kecerdasan intelektual hanya berperan 6 persen paling tinggi 20 persen dari orang-orang yang berhasil dalam hidupnya, sisanya adalah perilaku.
Menurut dia, kecerdasan emosi diperlukan agar anak didik punya kemampuan tinggi untuk merasakan, berempati hingga para anak didik itu dengan mudah dapat beradaptasi dan diterima oleh lingkungannya baik lingkungan kerja kelak maupun lingkungan sosial hingga dirinya siap menjadi seorang pemimpin.
Ary yang juga Ketua Umum Forum Komunikasi Alumni ESQ menambahkan yang utama adalah mengasah kecerdasan spiritual karena dengan inilah anak didik memiliki keyakinan tinggi bahwa seluruh kehidupannya adalah pengabdian kepada Tuhan. Jadi perjalanannya ke sekolah, belajarnya di sekolah maupun di rumah, bersosialisasinya dengan lingkungan diyakini sebagai ibadah, kata Ary.
Selanjutnya, para anak-anak didik juga akan mengetahui jati dirinya untuk apa ia dilahirkan dan ke mana ia akan menuju. Keyakinan tinggi dan rasa dekat dengan Tuhan juga akan menghindarkan mereka dari godaan untuk melakukan berbagai perilaku buruk, jelasnya.
Orientasi hanya untuk meningkatkan kecerdasan otak atau intelektual dapat menjadikan anak didik berorientasi pada materi. Apa saja akan dilakukan untuk keuntungan materi dan bila orientasi terus berlanjut sampai dewasa maka kehancuran moral-lah hasilnya.
Untuk itu, kata Ary, dirinya bersama dengan para alumni pelatihan ESQ yang saat ini telah berjumlah hampir 250 ribu orang, telah melakukan training Peningkatan Kecerdasan Emosional dan Spiritual gratis kepada lebih dari 31.000 guru di seluruh Indonesia.
Kami memiliki misi untuk memberikan training itu kepada seluruh guru di Indonesia, paparnya
Sumber:Detikcom
19:11 26/11/2006
---------------

{ 1 komentar... read them below or add one }

Saleh Aziz mengatakan...

Poligami atas nama Alloh dan nafsu, membuat para kyai, ulama dan tokoh muslim lainnya menjadi cabul. Padahal jelas sekali poligami merendahkan derajat wanita. Membunuh juga atas nama agama. Kekerasan atas nama agama. Kenapa menjadi begini?

Waktu jaman Majapahit, orang Jawa (Gajah Mada, dll) membuat nusantara makmur dan jaya. Orang jawa berkebudayaan tinggi, kreatif dan toleran.

Setelah Islam masuk di Jawa, negara kita hancur korban dari penajahan Belanda, Jepang, dsb. Korban dari korupsi, kekerasan/teror, malapetaka. Dan korban dari imperialisme Arab (Indonesia adalah negara pemasok jemaah haji yang terbesar di dunia). Bangsa Arab ini memang hebat sekali karena telah berhasil menemukan cara untuk memasukkan devisa untuk mereka sendiri. Sedangkan situasi ekonomi negara kita dalam keadaan yang sangat parah. Imperialisme Arab ini memang sangat kejam. Turun-temurun sampai anak-cucu, tidak tahu sampai kapan, nusantara diharuskan membayar "pajak" kepada Imperialisme Arab ini dengan alasan: kewajiban menjalankan rukun Islam.

Padahal, sebelum Islam masuk ke Jawa, orang Jawa sudah menganut agama universal yaitu agama Kejawen.

Bagaimana caranya supaya orang Jawa kembali bisa memakmurkan negara kita yang tercinta ini?

Posting Komentar

Cheria Bandung

Cheria  Bandung
Graha Internasional ( Bank of Tokyo ) Lt3 Jl. Asia Afrika No.129, Bandung 40112

Info Haji Bandung